Senin, 28 Juni 2010

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI
TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Oleh:
Dwi Haryono
A161030051/EPN
E-mail: dwihunila@yahoo.com
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampai saat ini sektor pertanian tetap dijadikan sebagai sektor andalan,
karena sektor ini telah terbukti tetap bertahan dari badai krisis moneter,
sementara itu sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan.
Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau
dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber
mata pencaharian penduduk), sumber devisa negara, sumber bahan baku
industri, dan sumber pendapatan nasional. Selain itu, sektor pertanian juga
merupakan sumber bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
© 2004 Dwi Haryono
Makalah Falsafah Sains (PPs-702)
Sekolah Pascasarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Nopember 2004
Dosen:
Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
Dr. Ir. Hardjanto
2
Bahan pangan pokok sebagian besar rakyat Indonesia adalah beras,
sehingga beras bukan saja sebagai komoditi ekonomi melainkan juga sebagai
komoditi politik. Oleh karena itu, peningkatan produksi beras harus terus
diupayakan seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.
Upaya peningkatan produksi beras dapat ditempuh melalui empat
usaha pokok (catur usaha), yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan
diversifikasi. Salah satu pilihan strategis yang dapat ditempuh untuk peningkatan
produksi beras adalah melalui penyediaan pengairan (pembangunan
jaringan irigasi) yang cukup, terutama pada lahan-lahan yang mempunyai
tingkat produktivitas rendah seperti sawah tadah hujan dan lahan kering.
Pembangunan jaringan irigasi memerlukan dana yang tidak sedikit,
sehingga akan membebani anggaran/budget pemerintah. Kegiatan investasi
ini tidak akan sia-sia apabila mampu mendatangkan benefit bagi masyarakat
secara keseluruhan. Benefit tersebut antara lain berupa terjadinya peningkatan
produksi beras, sehingga akan menjamin ketersediaan pangan bagi
rakyat Indonesia. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah terjadinya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Berkenaan dengan hal
tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang: Dampak Pembangunan Jaringan
Irigasi terhadap Produksi, Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengkaji dampak pembangunan
jaringan irigasi terhadap: (1) Peningkatan produksi padi sawah, (2) Peningkatan
pendapatan usahatani padi sawah, dan (3) Distribusi pendapatan.
1.3. Metode Penulisan
Data yang digunakan dalam paper ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari Dinas Pengairan Kabupaten Lampung Tengah dan Lembaga Penelitian
Universitas Lampung. Data yang diperlukan adalah data analisis usahatani
padi sawah di Daerah Irigasi (DI) Punggur Utara Kabupaten Lampung
3
Tengah pada MT 1991/1992 (sebelum dibangun jaringan irigasi) dan MT
1996/1997 (setelah dibangun jaringan irigasi).
Untuk menjawab tujuan (1) dan (2) digunakan analisis tabulasi silang,
sedangkan untuk menjawab tujuan (3) digunakan analisis tabulasi silang
untuk distribusi pendapatan fungsional dan koefisien gini (gini ratio) untuk distribusi
pendapatan perorangan.
II. KERANGKA TEORI
Pembangunan jaringan irigasi memerlukan dana cukup besar, yang
hanya mampu disediakan oleh pemerintah. Secara umum, penyediaan anggaran/
budget oleh pemerintah untuk pembangunan diharapkan akan memberikan
pengaruh (dampak) terhadap perekonomian. Indikator pengaruh pada
perekonomian tersebut antara lain: (1) Distribusi pendapatan, (2) Alokasi
sumberdaya, (3) Efisiensi ekonomi, dan (4) Constraint on the economy.
Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi
penting dalam usahatani padi sawah, disamping lahan, modal (benih, pupuk,
dan pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi
varietas unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apabila
tersedia air yang cukup. Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan
mampu meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas
terjadi apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output
yang lebih tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi
produksi ke atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan
pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya, serta masyarakat
desa pada umumnya. Kesejahteraan masyarakat desa tercermin dari semakin
meningkatnya pendapatan mereka dan dengan distribusi pendapatan
yang makin merata di antara mereka.
4
Menurut Hayami (2001), terdapat dua ukuran pokok distribusi pendapatan,
yaitu: (1) Distribusi pendapatan fungsional atau distribusi pendapatan
berdasarkan peranan masing-masing faktor produksi (distributive factor
share), dan (2) Distribusi pendapatan perorangan atau ukuran. Distribusi
pendapatan fungsional mencoba menerangkan bagian dari pendapatan yang
diterima oleh masing-masing faktor produksi (upah, bunga, sewa dan keuntungan).
Sedangkan distribusi pendapatan secara perorangan (personal)
dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan yang terjadi pada kelompok
berpendapatan tinggi, sedang dan rendah. Untuk melihat distribusi pendapatan
perorangan dapat digunakan koefisien gini (gini ratio).
III. DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI
3.1. Produksi dan Pendapatan
Pembangunan jaringan irigasi mampu meningkatkan intensitas tanam
(IP) pada lahan sawah. Hal ini bisa dilihat dari perubahan pola tanam yang
dilakukan oleh petani. Sebelum dibangun jaringan irigasi, petani menanam
padi hanya satu kali dalam setahun yaitu pada MT I (musim hujan), sedangkan
pada MT II (musim gadu) petani mengusahakan tanaman palawija.
Setelah dibangun jaringan irigasi, petani mampu mengusahakan padi sawah
dua kali dalam setahun, yaitu pada MT I dan MT II, sedangkan pada MT III
mengusahakan tanaman palawija. Peningkatan intensitas tanam pada lahan
sawah akan berimplikasi pada peningkatan ketersediaan bahan pangan (khususnya
beras) di daerah yang bersangkutan.
Ketersediaan air irigasi juga akan memacu peningkatan penggunaan
input produksi yang lain seperti benih, pupuk dan pestisida. Dengan penggunaan
input produksi yang lebih intensif, akan meningkatkan produksi per
satuan luas lahan (produktivitas). Fenomena ini dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah per Hektar Sebelum
dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi
Sebelum Pembangunan Irigasi
(MT 1991/1992)*/
Setelah Pembangunan Irigasi
No Uraian (MT 1996/1997)**/
Fisik Nilai (Rp) % Fisik Nilai (Rp) %
1. Produksi/Penerimaan 1.408,90 Kg 352.054,79 - 2.617,81 Kg 2.356.027,40 -
2. Biaya Produksi
a. Benih (Kg) 28,84 17.301,37 12,47 57,67 144.178,08 12,59
b. Pupuk (Kg) 227,74 46.064,11 33,20 455,48 378.281,67 33,04
c. Pestisida (gba) 1,39 22.328,78 16,09 2,78 116.904,11 10,21
d. Tenaga Kerja (HKP) 48,48 379.780,10 27,38 96,98 484.815,08 42,43
e. Penyusutan Alat - 6.922,60 4,99 - 6.922,60 0,61
f. Pajak - 8.154,79 5,88 - 8.154,79 0,71
g. Iuran P3A - - - - 5.541,78 0,48
Total Biaya Produksi - 138.746,66 100,00 - 1.144.808,11 100,00
3. Pendapatan - 216.308,13 - - 1.211.219,35 -
4. B/C rasio - - - 1,99 - -
Sumber: */ Dinas Pengairan Dati II Lampung Tengah (1997).
**/ Lembaga Penelitian Universitas Lampung (1997).
Pada Tabel 1, nampak bahwa dengan dibangunnya jaringan irigasi
mampu meningkatkan jumlah penggunaan input produksi. Penggunaan
benih meningkat dari 28,84 Kg/Ha menjadi 57,67 Kg/Ha, pupuk dari 227,74
Kg/Ha menjadi 455,48 Kg/Ha, dan pestisida dari 1,39 gba/Ha menjadi 2,78
gba/Ha. Konsekuensi logis dari peningkatan input produksi ini adalah
terjadinya peningkatan produktivitas padi sawah hampir tujuh kali lipat, dari
352.054,79 Kg/Ha menjadi 2.617,81 Kg/Ha.
Peningkatan produktivitas padi sawah tersebut diikuti oleh peningkatan
pendapatan usahatani padi sawah hampir enam kali lipat, yaitu dari
Rp216.308,13 per Ha menjadi Rp1.211.219,35 per Ha. Selain itu, pembangunan
jaringan irigasi sebagai suatu teknologi baru, secara ekonomis
juga layak untuk dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai B/C rasio sebesar
1,99, yang berarti setiap penambahan biaya produksi oleh petani padi sawah
sebesar Rp1,00 akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp1,99.
6
3.2. Distribusi Pendapatan
Berdasarkan hasil analisis distribusi pendapatan fungsional, pembangunan
jaringan irigasi mengakibatkan terjadinya perubahan distribusi
pendapatan di antara pemilik faktor-faktor produksi (Tabel 2).
Tabel 2. Distribusi Pendapatan Fungsional Sebelum dan Sesudah Pembangunan
Jaringan Irigasi
No. Uraian Sebelum Irigasi (%) Setelah Irigasi (%)
1. Modal 27,77 28,01
2. Tenaga Kerja 10,79 20,58
3. Pemilik Lahan 61,44 51,41
Total 100,00 100,00
Pada Tabel 2, nampak bahwa sebelum dibangun jaringan irigasi, pemilik
lahan menerima sebesar 61,44 % dari pendapatan, sedangkan tenaga
kerja dan modal masing-masing hanya menerima sebesar 10,79 % dan 27,77
%. Namun setelah dibangun jaringan irigasi, terjadi peningkatan bagian pendapatan
yang diterima oleh faktor produksi tenaga kerja dan modal masingmasing
menjadi sebesar 20,58 % dan 28,01 %. Kondisi ini tentunya akan
menurunkan bagian pendapatan bagi pemilik lahan yaitu menjadi 51,41 %.
Penggunaan input produksi yang lebih intensif yang dibarengi dengan peningkatan
jumlah produksi yang dihasilkan, menuntut curahan tenaga kerja
yang lebih besar. Kondisi ini mengakibatkan bagian pendapatan yang
diterima oleh tenaga kerja juga meningkat. Peningkatan bagian pendapatan
tenaga kerja dan modal di satu pihak, akan mengurangi bagian pendapatan
bagi pemilik lahan di pihak lain.
Berdasarkan hasil analisis distribusi pendapatan perorangan, diperoleh
koefisien gini sebesar 0,08 sebelum dibangun jaringan irigasi, dan 0,12 setelah
dibangun jaringan irigasi. Nilai koefisien gini yang mendekati nol ini dapat
disimpulkan bahwa distribusi pendapatan di daerah yang bersangkutan relatif
merata, baik sebelum maupun sesudah dibangun jaringan irigasi (Tabel 3).
7
Tabel 3. Indikator Distribusi Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan
Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi
No. Indikator Distribusi Pendapatan
Sebelum
Pembangunan
Irigasi
Setelah
Pembangunan
Irigasi
1. Koefisien Gini 0,08 0,12
2.
Persentase Pendapatan yang
Diterima oleh 40 % Penerima
Pendapatan Terendah*/
26,88 % 22,56 %
Keterangan: */ Kriteria Bank Dunia, apabila > 17 % maka distribusi pendapatan
dikategorikan merata (ketimpangannya rendah).
Dengan menggunakan kriteria Bank Dunia, ternyata 40 % penerima
pendapatan terendah sebelum dibangun jaringan irigasi menerima 26,88 %
dari total pendapatan, sedangkan setelah dibangun jaringan irigasi angka tersebut
menurun menjadi 22,56 %. Namun demikian, karena 40 % penerima
pendapatan terendah menerima lebih dari 17 % dari total pendapatan, maka
dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan di daerah yang bersangkutan
dalam tingkat ketimpangan ringan (relatif merata), baik sebelum maupun sesudah
dibangun jaringan irigasi. Hal ini berarti dengan dibangunnya jaringan
irigasi tidak mengakibatkan ketimpangan pendapatan di antara masyarakat di
daerah yang bersangkutan.
IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
4.1. Kesimpulan
Beradasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
(1) Pembangunan jaringan irigasi berdampak terhadap peningkatan produktivitas
padi sawah hampir tujuh kali lipat dibandingkan dengan kondisi sebelumnya,
yaitu dari 352.054 Kg/Ha menjadi 2.617,81 Kg/Ha. Selain itu,
pembangunan jaringan irigasi juga mampu meningkatkan intensitas tanam
(IP) pada lahan sawah.
8
(2) Pembangunan jaringan irigasi berdampak terhadap peningkatan
pendapatan usahatani padi sawah hampir enam kali lipat, yaitu dari
Rp216.308,13/Ha menjadi Rp1.211.219,35/Ha. Secara ekonomis, usahatani
padi sawah dengan irigasi juga layak untuk dilakukan dengan B/C
rasio sebesar 1,99.
(3) Pembangunan jaringan irigasi berdampak terhadap perubahan distribusi
pendapatan fungsional dari pemilik lahan ke pemilik faktor produksi tenaga
kerja dan modal. Berdasarkan koefisien gini (gini ratio) dan kriteria
Bank Dunia, dapat disimpulkan bahwa pembangunan jaringan irigasi tidak
mengakibatkan terjadinya ketimpangan pendapatan di antara masyarakat
di daerah yang bersangkutan.
4.2. Implikasi Kebijakan
Peningkatan produksi yang tanpa diikuti oleh kenaikan harga jual produk
yang bersangkutan, tidak akan menjamin tingkat kesejahteraan petani sebagai
produsen. Untuk itu, kebijakan penetapan harga dasar harus tetap terus
diupayakan penyempurnaannya dengan formula yang mampu memberikan
insentif kepada petani untuk senantiasa berupaya meningkatkan produksinya.
Berkenaan dengan kelangkaan modal di tingkat usahatani, maka peluncuran
paket kredit program semacam KUT (Kredit Usaha Tani) atau KKP
(Kredit Ketahanan Pangan) harus tetap diupayakan, dengan penentuan petani
sasaran yang lebih selektif, tingkat suku bunga yang wajar, dan dengan
prosedur yang relatif sederhana. Program ini perlu dibarengi dengan kegiatan
supervisi kredit (credit supervised) yang lebih intensif, sehingga kredit
tersebut bisa tepat sasaran dan tepat dalam penggunaan.
Pembangunan jaringan irigasi memerlukan dana investasi yang relatif
besar, di lain pihak anggaran/budget pemerintah untuk kegiatan ini sudah semakin
terbatas. Untuk itu, upaya pemeliharaan jaringan irigasi harus terus
digalakkan dengan melibatkan komponen P3A di tingkat petani.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pengairan Dati II Lampung Tengah. 1997. Profil Perkumpulan Petani
Pemakai Air. Pemda Tk. II Lampung Tengah. Metro.
Hayami, Y. 2001. Development Economics: From the Poverty to the Wealth
of Nations. Second Edition. Oxford University Press. New York.
Jhingan, M.L. 1983. The Economics of Development and Planning. Vicas
Publishing House Ltd. New Delhi.
Kasliwal, P. 1995. Development Economics. South-Western Publishing.
Cincinnati, Ohio.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 1997. Studi Sosial Ekonomi Areal
Pencetakan Sawah Daerah Irigasi Bekri dan Rumbia Barat Proyek Induk
PWS Way Seputih-Way Sekampung. Kerjasama LP Unila dengan
Dirjen Pengairan Departemen PU. Bandar Lampung.

Kamis, 03 Juni 2010

I’ M F R E E

Na…….na…….na……na

Bermula dari awal yang sangat indah
Hari-harinya berjalan seperti biasa
Tak pernah ia pikirkan satu masalah
Semua dilepaskan tak simpan di dalam dada

What a joyful girl semua orang pun bilang
Seakan diotaknya hanya ada rasa riang
Langkahya cepat,tepat penuh semangat
Mengejar cita-cita di waktu tenggat

Reff : I’m free,
I’m free
I’m free Like a bird and no one can tell me
Aku kan siap penuh energi
Hadapi dunia yang lama kunanti

Hari-harinya kini pun terus berlalu
Tiba-tiba dia merasakan sesuatu
Ada sebuah bayangan yang terus mengganggu
Menghantui baik siang maupun malam

Is it love that I’m feelin dia berkata
Hanyalah ia yang tau semua jawabnya
Dia tetap melanjutkan kehidupannya
Tetap menjadi seorang gadis yang ceria

Back to reff

Na…….na…….na……na